Meraih Kemenangan Ramadhan, Oleh Ustadz Isnan



Sumber : Ceramah Ustadz Isnan Hidayat, S.Psi
Ditulis oleh : Muhamad Anantiyo Widodo

Dunia kini sedang mengalami kegelapan karena wabah, namun sebetulnya ada kegelapan yang lebih mengerikan dibandingkan wabah. Yaitu gelapnya keadaan kita karena tidak dinanungi oleh cahaya Allah SWT. Terutama saat kita salah dalam memandang wabah yang sedang berlangsung.

Seorang muslim mempunyai cara pandang tersendiri saat terkena wabah. Jika wabah ini menyebabkan kita mau menyandarkan diri kita kepada Allah maka itu adalah sebaik baik keadaan. Itulah cara pandang yang benar bagi muslim.

Sehingga, Jika wabah tidak menyebabkan kita lebih dekat pada Allah, maka saat itu kita berada dalam kegelapan diatas kegelapan lainnya.

Menarik untuk kembali mengingat kisah Nabi Yunus AS saat didalam perut ikan. Beliau mengalami kegelapan dalam perut ikan, kegelapan dasar samudera, juga kegelapan karena jarak yang jauh dari bibir pantai. Tapi kegelapan yang paling dalam yang dialami oleh Nabi Yunus adalah karena beliau ingin lari dari umatnya. Beliau ingin pergi dari kewajiban dakwah. Kemudian Nabi Yunus berdoa pada Allah SWT setelah menyadari kesalahnnya, kemudian Allah SWT mengabulkan doa Nabi Yunus.

Kegelapan itu muncul karena kita tidak menyadari bahwa dunia merupakan tempat yang penuh dengan gambaran yang menipu. Seringkali kita mudah terlena. Kita dengan mudahnya merasa cukup tenang dan menang saat melihat kanan dan kiri kita, misal saat rejeki sedang baik. Kemudian lupa dengan kemenangan jiwa, yaitu kemenangan atas tujuan sebagai seorang hamba Allah.

Maka saat kita merasa mengalami kekalahan, kita menjadi sangat sedih, merasa ikhtiar selama ini tidak menghasilkan apapun. Padahal dunia memang tempat untuk ikhtiar, untuk berusaha, dunia bukanlah tempat untuk mendapatkan hasil atas usaha kita. Tempat pembalasan yang sebenarnya adalah akhirat. Disitulah kita akan memanen hasil ikhtiar kita selama di dunia.

Setelah melaksanakan ibadah haji,  Rasulullah SAW menyampaikan Khotbah di Arafah yang dikenal dengan khotbah Wada. Pada akhir khotbahnya Beliau SAW menyampaikan “sungguh telah dbukakan kepadaku kunci-kunci perbendaharaan dunia namun aku tidak mengambilnya.

Rasulullah bukankah seseorang yang paling pantas mendapatkan kekayaan atas kebaikan yang dilakukan di muka bumi ?. Namun dalam khotbah tersebut Rasulullah SAW menyampaikan bahwa beliau tidak mengambilnya. Kenapa ? karena balasan yang akan diterima di akhirat lebih mulia

Sebagaimana disampaikan oleh Allah SWT “sungguh kehidupan Akhirat lebih baik bagimu daripada kehidupan dunia, karena kenikmatan abadi yang tidak terputus di Akhirat” (QS Ad Dhuha Ayat 4)

Maka selayaknya kita berhati hati saat merasa mendapatkan kemenangan didunia. Rasulullah SAW menyampaikan “Apabila kamu melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba, sementara dia masih bergelimang dengan maksiat, maka itu hakikatnya adalah istidraj dari Allah.”

Istidraj itu ibarat seorang pengamen di pinggir jalan, suaranya jelak namun dia tetap menyanyi, orang-orang memberikan uang kepada pengamen itu agar lekas pergi.

Lalu bagaimana menanggapi wabah corona atau masalah lain yang muncul dalam kehidupan seorang muslim ?

Kita perlu kaji ulang kehidupan kita agar jangan sampai kita terlena. Thomas Carly lee mengatakan the block of granite which was an obstacle in the pathway of the weak becomes a stepping-stone in the pathway of the strong. Sebuah tumpukan batu akan menjadi hambatan bagi orang-orang lemah, tetapi menjadi batu tumpuan untuk orang-orang yang kuat

Bagi orang yang kuat keimanannya, Allah lah yang menjadi rajanya, sehingga saat mengalami masalah, seperti wabah corona ini justru akan menjadi batu tumpuan untuk melangkah  lebih dekat kepada Allah SWT.

Dalam situasi saat ini, tidak beribadahnya kita di Masjid adalah sebuah ikhtiar untuk serius menjadikan Allah sebagai tuhan bagi kita.

Dalam sebuah hadits diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Saat itu dia sedang dibonceng Rosulullah SAW. Rosul bersabda, "Aku akan mengajarkanmu beberapa kalimat : jagalah Allah niscaya Allah akan menjagamu, maka engkau akan mendapatiNya dihadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, jika engkau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah.

Hadist tersebut memberikan kita petunjuk bagi kita dalam menghadapi virus Corona, yaitu agar kita menjaga Allah maka Allah akan menolong kita.

Kata Syekh Ibnu Atha'illah dalam kitab Al-Hikam : Kosongkan hatimu dari segala sesuatu selain Allah, maka Dia akan memenuhinya dengan pengetahuan dan rahasia-rahasia batin.Yang dimaksud dengan pengetahuan dan rahasia adalah ketenangan yang bersumber dari Allah SWT.

Maka mari kita fokus kepada Allah SWT, terutama saat menyambut dan mengisi Ramadhan.

Nabi Ibrahim pernah berdoa yang diabadikan dalam QS Al baqarah 129 : "Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana".

Doa tersebut dijawab oleh Allah SWT dalam QS Al Baqarah 151 : "Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui".

Menarik disini pada saat berdoa, Nabi Ibrahim meminta agar Allah mengutus seorang Rasul untuk membacakan, mengajarkan kemudian mensucikan. Namun Allah membalas doa dengan mengubah susunannya menjadi membacakan, mensucikan, baru mengajarkan. Artinya adalah proses penyucian jiwa menjadi syarat agar kita dapat mengajarkan Al Quran. 

Lalu apakah hubungannya dengan bulan Suci Ramadhan ?

Marhaban ya Ramadhan artinya adalah marhaban wahai bulan yang penuh dengan proses tazkiyah (pensucian). Makna yang paling penting dari datangnya bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk mensucikan jiwa kita dalam ibadah ibadah didalamnya.

Kalau Ramadhan saja kita gagal mensucikan jiwa melalui evaluasi diri, evaluasi keluarga, memperbaiki hubungan antara suami istri, anak dengan ortu, antar masyarakat maka bagaimana dengan bulan bulan diluar Ramadhan ?.  Madrasah Ramadhan adalah kunci perbaikan hubungan antar sesama dengan lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Maka Kemenangan di bulan Ramadhan adalah saat kita berhasil memenangkan Allah di hati kita.

Saat inilah di Bulan Suci kita mendapatkan posisi yang potensial untuk menjadi pengubah sejarah kemenangan. Menjadi orangtua berarti punya kesempatan menuliskan sejarah kemenangan bagi anaknya,. Menjadi suami berarti punya kesempatan menuliskan sejarah kemenangan bagi istrinya. Menjadi Istri berarti punya kesempatan menuliskan sejarah kemenangan bagi suaminya. Menjadi guru berarti punya kesempatan menuliskan sejarah kemenangan bagi muridnya.

Lalu apa yang harus dilakukan ?

Memenangkan Allah agar Allah selalu ridho atas apapun yang kita lakukan, itulah Mahabbah. Maka kalau sering muncul jengkel, suudzon dan lain sebagainya berarti kita belum memenangkan Allah dalam hati kita.

Bagaimanakah kita tahu mahabbah telah ada dalam diri kita ?

Allah SWT menyampaikan dalam QS Al Fajr 28-29 “Wahai jiwa yang tenang!, Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya”. Jiwa yang tenang adalah jiwa yang telah memenangkan Allah didalam hatinya. Maka seseorang yang telah mendapatkan mahabbah jiwanya tenang, bijak dalam menghadapi kehidupan.

Nah, Ramadhan adalah madrasah yang paling tepat untuk memperbaiki diri kita guna memenangkan Allah didalam hati kita. Pada bulan inilah kita perlu melakukan evaluasi diri apakah mahabbah itu sudah ada didalam hati kita.

Sebab perjalanan di dunia ini tidak pernah diketahui finishnya kapan, Saat kita meninggal merupakan finisnya kehidupan didunia sekaligus start keabadian yaitu start pembalasan di Akhirat. Ramadhan adalah titik point bagi kita untuk memastikan kita akan mendapatkan balasan yang baik.

Maka kita perlu memastikan bahwa setiap amal yang kita lakukan hendaknya bertujuan untuk memenangkan Allah. Membaca Al Quran bukan sekedar untuk centang target, begitupula amal yang lainnya, tetapi seluruh amal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan utama kita yaitu menjadikan Allah menang di dalam hati kita.

Posting Komentar

0 Komentar

advertise

Slider Parnert

Subscribe Text

Sekolah Berkarakter Qurani