Catatan sehari gebyar tahfidz fi ahsani taqwim


Seantero ruangan itu begitu menggema, bukan dari mahalnya suara dan sewa sound system yang bergelantungan disisi panggung, namun justru dari teriakan bocah2 mungil yang tiap hari dituntun ustdzhnya untuk menghafal ayat demi ayat tulisan dalam mushaf suci. Sejenak ruangan itu menjadi semerbak harum oleh nafas bocah2 penghafal yang mengitari sudut bumi.
Ahh aku tak mau beranjak dari sini, terlalu indah untuk ditinggalkan, terlalu naif bila aku harus mengurusi diriku sendiri yang jauh dari titik2 indahnya tulisan mushaf suci itu.
Lantunan itu berganti sejenak dengan suara lagu Kebangsaan Indonesiaraya tercinta, lagi2 setelah aku memendam merinding rasa itu justru semakin menggigil dengan lambaian elok tangan dirigent yang memimpin jamaah koor, nungil namun energigya luar biasa.
 Saat bait kedua didepanku ada bapak wali murid yang aku perhatikan begitu hikmat dalam menyanyikan lagu kebangsaan, beda jauh dengan hadirin yang lain yg nasih saja gembelelngan. bapak itu tinggi dan aku makin penasaran. Betul dugaanku didepanya ada baju jaket loreng khas prajurit dan ada logo bendera merah putih (TNI). Dimanapun dia berada tanpa komando bila lagu indonesiaraya berkumandang jiwa nasionalisme dan patriotismenya begitu saja membumbung.
Ahh lagi2 aku terperanjat oleh keadaan, bagaimanapun sekolah ini pasti akan mencetak kader yang lebih dari bapaknya, mencintai negaranya dengan Al Qur'an sebagai jiwanya.
Satu demi satu anak2 tampil klasikal dipanggung tak aku lewatkan penampilan al mulk mereka, penampilan al ma'arij mereka, penampilan al lail mereka karena saat merinding bulu kuduk saat itu pula seakan aku berada dalam dekapan al Qur'an, dan tak bisalah lepas.
Perlahan terdengar surat al Luqman dilantunkan oleh ustadz yang hafidz aku melirik teman yang duduk disampingku beliau merunduk dan tak kuasa nemaham lembabnya mata. dengungan ghunah, samarnya ikhfa' dan jelasnya maad diselingi pantulan qolqolah begitu indah keras namun tak memekakan telinga, harmonis bagai rangkaian alam nan memukau.
Ahh siapa itu yang dipanggung mas Bagas mbak arum mas arif mas mbak mas mbak, mereka ngapain sih? Lho mengapa air mataku menetes? Apakah puisinya yang memang dibacanya dengan menjiwai apa ?
Ah ustdz anung dengan bayatinya?
Ahhh aku kok jadi tolol ya.. lho mengapa mereka turun panggung dengan membawa mahkota imitasi? Untuk apa?
Ya Allah  miniatur, karena mahkota itu besok akan terbuat dari bahan dasar yang mereka buat saat ini dengan hafalan mereka.
Huft aku mencoba mengusap air mata yang menggelembung dipelupuk mata bahagia itu dengan Al Qur'an lirih hati kecilku direlung paling dalam.
Acarapun usai namun seakan aku masih ingin mendengar lantunan dari anak2. Besok dilain kesempatan pasti akan ada lagi kali ini begitu hebat dengan

#sekolahberkarakterQur'ani

oleh : Muhammad Lukman, S.Pd.I
Guru SDIT Cahaya Insani

Posting Komentar

2 Komentar

advertise

Slider Parnert

Subscribe Text

Sekolah Berkarakter Qurani